Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Thursday, December 31, 2020

8211. MENINDAS UMAT ISLAM DOSANYA BESAR



MENINDAS UMAT ISLAM  DOSANYA BESAR

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 216.

 

 

كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ


 

 

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.


 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 217.

 

 

 

 

يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلشَّهْرِ ٱلْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَكُفْرٌۢ بِهِۦ وَٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِۦ مِنْهُ أَكْبَرُ عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَٱلْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ ٱلْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقَٰتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ ٱسْتَطَٰعُوا۟ ۚ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ


 

 

Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakan: “Berperang dalam bulan itu adosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.




 

Asbabun nuzul (penyebab turunnya) ayat 217.

 

 

 

1.      Jundub bin Abdillah berkata,”Rasulullah mengutus beberapa orang yang dipimpin Abdullah bin Jahsy.”

 

 

2.      Mereka bertemu dengan Ibnu Hadrami dan membunuhnya.

 

 

3.      Mereka tidak tahu, apakah saat itu bulan Rajab, Jumadil Awal, atau Jumadil akhir.

 

 

4.      Kaum kafir menuduh kaum mukmin,”Kalian telah membunuh pada bulan haram.”

 

 

5.      Kemudian turun ayat ini.

 

 

 

Fitnah di sini artinya penganiayaan dan segala perbuatan yang menindas umat Islam.

 

 

 

 

Daftar Pustaka

1.                Hatta, DR. Ahmad. Tafsir Quran Per Kata, Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah. Penerbit Pustaka Maghfirah, Jakarta 2011.

2.                Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2.

3.                Tafsirq.com online.

 

 

8209. APA BUKTINYA TOLERANSI

 


APA BUKTINYA TOLERANSI

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

*Kekacauan berpikir

 

Toleransi itu tidak dilihat dari apa yang kita posting di media sosial.

 

 

Wah, kacau sekali, jika netizen merasa paling toleran hanya lewat media sosial.

 

 

Kacau.

 

 

Sekacau2nya berpikir.

 

Lantas dari mana toleransi dilihat?

 

 

Baik, akan saya kasih kalian tes, nanti kamu jawab.

 

 

1. Apakah kamu kenal tetangga samping kiri-kanan rumahmu?

 

 

 

2. Apakah kamu kenal siapa Ketua RT mu?

 

 

 

3. Apakah kamu mengecilkan volume televisi, musik, dll di rumahmu biar tidak mengganggu orang lain?

 

 

 

4. Apakah kamu memastikan mobil, motor mu itu tidak meraung2 saat masuk komplek / kampung / gang rumahmu?

 

 

5. Apakah kamu suka ikut gotong-royong warga, kampung, atau aktivitas bersama lainnya?

 

 

 

6. Apakah kamu memastikan hewan peliharaan, mobil milikmu, pohon di rumahmu, tidak menganggu tetanggamu?

 

 

 

 

Daftar ini masih panjang sekali.

 

 

 

 Tapi sungguh, tidak ada yang akan bertanya:

 

 

 

Apakah kamu sudah komen paling toleran di media sosial?

 

 

 

Apakah kamu sudah sibuk update status paling toleran di media sosial?

 

 

 

Apakah kamu sudah sibuk mengomentari hal2 lain di media sosial?

 

 

Karena bukan apa2.

 

 

 

Kita sibuuuk sekali bergaya paling toleran.

 

 

 

Tapi kita malah tidak kenal siapa Pak RT kita?

 

 

 

Kamu teh hidupnya di mana?

 

 

Mahkluk gaib medsos?

 

 

 

Atau kamu masuk kategori mahluk sosial yang benar2 hidup bertetangga, bertoleransi dengan tetangga sekitar?

 

 

 

Daftar 1-6 tadi misalnya, kalaupun tdk semua, minimal separuh kita bisa menjawabnya.

 

 

 

Jangan sampai kita hebat sekali berkomentar di medsos.

 

 

 

Sibuuuk menghakimi peristiwa2 yang menurut kita tidak toleran.

 

 

 

Sibuuuk menghakimi orang2 yg kita nilai tdk toleran.

 

 

 

Tapi ternyata, tetangga sebelah rumah saja tidak tahu.

 

Kacau.

 

 

Semoga kalian mau merenungkannya.

 

(Sumber Tere Liye)

8208. KHILAFIAH POSISI JARI TANGAN SAAT TASYAHUD

 


KHILAFIAH POSISI JARI TANGAN SAAT TASYAHUD

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

 

MAZHAB MALIKI

 

 

Saat duduk tasyahud dianjurkan menekuk jari tengah, jari manis, dan jari kelingking.

 

 

Meluruskan jari telunjuk dan  jempol tangan kanan ke arah bawah.

 

 

 

Dengan menggerak-gerakkan jari telunjuk terus menerus ke kanan dan kiri secara pelan, selama duduk tasyahud.

 

 

 

MAZHAB HANAFI

 

 Ketika tasyahud menunjuk dengan jari telunjuk tangan  kanan.

 

 

Jika tidak punya telunjuk jari tangan kanan, maka  tidak boleh diganti jari lain.

 

 

 

Telunjuk jari tangan kanan diangkat ke atas sebentar saat mengucapkan “asyhadu anla ilaha” dan menurunkannya kembali ketika membaca “illallah”

 

 

 

MAZHAB SYAFII

 

 

Ketika tasyahud menggenggam semua jari tangan kanan, kecuali jari telunjuk.

 

 

 

Jari telunjuk diangkat ke atas ketika membaca “asyhadu anla ilaha illallah”.

 

 

 

Jari telunjuk tetap di atas sampai bacaan tasyahud selesai.

 

 

 

Saat membaca tasyahud awal dan tasyahud akhir, pandangan mata selalu  tertuju ke arah jari tangan kanan telunjuknya sendiri.

 

 

 

Dan tidak memandang jari tangan jemaah lain.

 

 

 

MAZHAB HAMBALI

 

 

Ketika tasyahud menekuk jari kelingking dan jari manis.

 

 

 

Melingkarkan jempol bertemu dengan jari tengah.

 

 

 

Menunjuk dengan jari telunjuk tangan kanan, setiap menyebut lafaz Allah jari telunjuk tangan kanan dinaikkan sebentar lalu turun lagi.

 

 

 

Sehingga jari telunjuk tangan kanan naik dan turun berkali-kali.

 

 

 

 

Daftar Pustaka

1.      Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.

2.      Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.

3.      Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer, 2017.

4.      Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.      Tafsirq.com online

8207. KHILAFIAH LAFAZ SAYIDINA MUHAMMAD DALAM SALAT

 


KHILAFIAH LAFAZ SAYIDINA MUHAMMAD DALAM SALAT

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

 

 

MAZHAB HANAFI DAN SYAFII

 

Menurut mazhab Hanafi dan Syafii dianjurkan mengucapkan “Sayidina” pada “Selawat Ibrahimiyah”.

 

 

Memberi tambahan adalah salah satu bentuk adab tata  kesopanan.

 

 

 

Maka lebih utama menambahkan “sayidina” daripada  ditinggalkan.

 

 

 Al-Quran surah An-Nur (surah ke-24) ayat 63.

 

 

 

لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

 

 

 

 

 

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antaramu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antaramu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.

 

 

 

 

 

Para ulama menjelaskan ayat itu perintah dari Allah.

 

 

 

Meskipun perintah ini bukan perintah wajib.

 

 

Tetapi minimal anjuran untuk kebaikan.

 

 

Karena mengucapkan “Sayidina Muhammad” adalah salah satu bentuk penghormatan dan memuliakan Nabi Muhammad.

 

 

 

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,

 

 

 

”Aku adalah sayid (pemimpin) anak cucu (keturunan) Adam pada hari kiamat,”

 

 

 

 

 Aisyah berkata bahwa Nabi bersabda,

 

 

 

”Sambutlah pemimpin kalian Saad bin Muadz sebagai hakim dalam Perang Quraizah.”

 

 

 

 

Yang menjelaskan bahwa ucapan “sayid” adalah memang baik dan utama.

 

 

 

Dan terlarang diucapkan kepada orang yang jahat.

 

 

 

 

Panggilan “Sayidah” dipakai kepada Fathimah.

 

 

 

Panggilan “Sayid” dipakai kepada Saad bin Muadz, Hasan bin Ali, Husein bin Ali, Abu Bakar, Umar bin Kahttab, dan orang-orang yang baik secara mutlak.

 

 

 

Maka lebih utama  memakainya  ketika salat maupun di luar salat.

 

 

 

Memberi tambahan kata “Sayidina” adalah lebih sopan santun dalam tata krama kepada Rasulullah.

 

 

 

Allah berfirman dalam Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 157 bahwa orang beriman memuliakan Nabi Muhammad.

 

 

 

 

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

 

 

 

 

 

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.

 

 

 

 

PENDAPAT LAIN MENYATAKAN “SAYIDINA” TAK PERLU DIPAKAI DALAM SALAT.

 

 

Karena salat adalah ibadah mahdah yang bersifat tawqifi.

 

 

Dalam salat tata caranya harus sesuai dengan praktik yang dilakukan oleh Rasulullah.

 




 

 

Manusia tidak boleh menambah bacaan dan aktivitas apa pun yang tidak dicontohkan Rasulullah.

 

 

Rasulullah bersabda,

 


صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِى أُصَلِّى          


 

 

Salatlah kalian seperti kamu sekalian melihat aku salat.”

(HR. Bukhari)



Tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa Rasulullah pernah memerintahkan untuk membaca salawat kepadanya dalam salat dengan menambah kata “Sayyidina”

 

 

 

 

Daftar Pustaka

1.      Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.

2.      Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.

3.      Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer, 2017.

4.      Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.      Tafsirq.com online