MENANG BADMINTON LEBIH NIKMAT JIKA SERING KALAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM
1. Menurut
para ahli bahwa berpikir itu susah.
Sehingga banyak orang malas berpikir.
Tapi senang menghakimi.
Pada umumnya, manusia suka mengadili.
Tapi tak suka menganalisa.
Jika kita suka menghakimi orang lain.
Mungkin karena kita sudah malas
berpikir.
2. Jika
melihat ke dalam, maka visi kita terlihat jelas.
Orang yang suka melihat keluar, dia
seperti mimpi.
Tapi orang yang suka melihat kedalam,
maka dia akan bangkit.
Jika suka melihat parameter keluar.
Maka hasilnya seperti mimpi.
Yaitu kita tak sadar akan punya target
ini dan itu.
Karena pengaruh luar.
Tapi jika kita melihat kedalam.
Maka akan terbangun dengan potensi
diri sendiri.
Sehingga tahu siapa diri kita.
Tugas kita apa dan apa yang harus
dikerjakan.
Juga tahu apa yang tidak boleh
dilakukan.
3. Nasihat
untuk orang berbakat
Semua manusia punya bakat istimewa.
Jika kita tahu punya banyak potensi,
bakat, dan kelebihan.
Maka jangan berpikir akan mendapat
sesuatu dari orang lain.
Tapi harus berpikir memberi sesuatu
kepada orang lain.
Punya banyak potensi, bakat, dan
kelebihan.
Bukan cuma dinilai sebagai nikmat dari
Allah.
Tapi juga harus dinilai sebagai
tanggung jawab.
Dibanding orang lain yang tak mendapat
nikmat seperti kita.
Maka tanggung jawab kita lebih besar
dibanding orang lain.
Yang tak punya bakat istimewa.
Tiap orang punya kesempatan sama.
Untuk menjadi sesuatu yang diinginkan.
Tak usah galau dengan kondisi
sekarang.
Semua manusia punya waktu sama.
Yaitu 24 jam sehari semalam.
Semua manusia punya pancaindra dan
instuisi sama.
Mungkin cara mengelolanya yang
berbeda.
Maka harus dikelola yang baik.
Manusia butuh teman untuk cermin.
Agar hidup bisa makin baik.
Misalnya, cara sikap kita.
Mana yang baik dan kurang baik .
Teman kita yang tahu.
4. Bahagia
lebih terasa, jika ada kesedihan.
Bahagia akan bermakna, jika ada
kesusahan.
Jika manusia senang terus.
Maka rasa senang itu menjadi biasa.
Dan kurang bermakna.
Yang membuat nikmat sangat terasa,
jika ada kegagalan.
Jika saat sekolah sampai lulus
nilainya A terus.
Maka nilai A itu menjadi biasa saja.
Tapi nilai A itu sangat
menggembirakan.
Jika sebelumnya mendapat nilai E
terus.
Artinya, saat menerima kesedihan.
Maka harus sabar.
Karena akan muncul imbangannya.
Sehingga akan terasa lebih nikmat.
Dan sebaliknya.
Jika dalam kondisi sedih terus.
Maka kesedihan itu akan terasa biasa
saja.
Kesimpulannya.
Dalam menghadapi kenikmatan dan
kesusahan.
Sebaiknya yang wajar saja.
Jangan terlalu berlebihan.
Karena rasa senang dan susah itu
saling mengimbangi.
5. Kamu
adalah perbuatanmu.
Bukan apa yang kau ucapkan.
Misalnya, ucapan:
1. Saya
akan belajar dengan keras.
2. Saya
akan bekerja dengan tekun.
3. Dan
perkataan lainnya.
Tapi langsung mengerjakan apa yang
kamu inginkan.
Dirimu adalah perbuatanmu.
Dan bukan cuma perkataanmu.
(Sumber Ngaji Filsafat DR. Fahrudin
Faiz)