Tuesday, August 1, 2023

19442. DULU BAJINGAN MULIA SOPIR GEROBAK SAPI

 



DULU BAJINGAN MULIA SOPIR GEROBAK SAPI

Oleh: Drs HM Yusron Hadi Tauhid, MM

 

 

 

 

Tahun 1915-1938.

Penarik gerobak sapi.

Disebut bajingan.

 

Saat ini.

Kata “Bajingan”.

Sering jadi kata makian.

 

Padahal.

Dalam sejarah.

Bajingan itu profesi mulia.

 

Bajingan.

Yaitu profesi umum.

Bagi rakyat Jawa.

 

Sejak zaman Mataram Islam.

Sekitar abad 16 Masehi.

 

Bajingan.

Profesi kusir gerobak sapi.

 

Salah satu warisan.

Kearifan lokal Indonesia.

Sejak zaman dulu.

 

Paguyuban penarik gerobak sapi.

Disebut para bajingan.

 

Menurut sejarah.

Sapi.

Hewan disukai.

Zaman Kerajaan Mataram.

 

Gerobak sapi.

Berawal Kerajaan Mataram.

Menganut ajaran islam.

 

Bajingan jadi profesi penting.

Karena bagian mobilitas.

 

Transportasi warga Mataram.

Meliputi Yogyakarta, dan eks-Karesidenan Surakarta.

 

Selain bawa manusia.

Gerobak sapi.

 

Dikemudikan bajingan.

 Juga angkut hasil panen.

 

Zaman kolonial Hindia-Belanda.

Warga pribumi.

 

Tak naik transportasi mewah.

Seperti pejabat Eropa.

 

Rakyat naik gerobak sapi.

Ditarik bajingan.

Untuk mobilitas sehari-hari.

 

Tapi terbatas.

Bagi rakyat pribumi.

Ekonomi menengah atas.

 

Pasca kemerdekaan.

Bajingan angkut material.

 

Seperti truk.

Zaman sekarang.

 

"Usai  kemerdekaan.’

Hingga hari ini.

 

Warga Bantul, Yogyakarta.

Melestarikan paguyuban.

 

Para penarik gerobak sapi," tulis Dito Ardhi Firmansyah dalam skripsinya.

 

 Skripsi berjudul:

“Kontruksi Makna Kata Bajingan

(Studi Etnografi Perubahan Makna Kata Bajingan dalam Komunitas Kusir Gerobak Sapi di Bantul Yogyakarta).”

 

Juga sebut tarif bajingan.

 

Pada tahun 1975.

 

Tarif bawa material.

Dalam 1 angkut.

Sekitar Rp150.

 

Komunitas bajingan.

Masih bertahan hingga hari ini.  

 

Bajingan profesi mulia.

Katiman (64 tahun).

 

Dengan gerobak sapi.

Masih angkut wisatawan.

 

Di Omah Kecebong.

Desa Cebongan.

 

Kabupaten Sleman.

Jogyakarta.

Rabu (9/5/2018).

 

Dalam sejarahnya.

Bajingan profesi positif.

 

Bahkan bajingan.

Punya akronim:

 

Profesi baik dan dekat dengan Tuhan.

 

 Desanti Arumingtyas Dyanningrat.

Menjelaskan kultur budaya Jawa.

 

Bahwa kusir gerobak sapi.

Disebut 'bajingan'.

 

Singkatan dari:

“Bagusing jiwo angen-angening pangeran. “

 

Artinya:
“Orang baik yang dicintai Tuhan”.

 

Para bajingan mulia.

Saat perjuangan kemerdekaan.

 

Dalam perang gerilya.

Para pejuang sembunyi.

 

Dalam rumput dan hasil panen.

Dalam gerobak.

 

Kenapa sekarang.

Kata “bajingan” jadi kata makian?

 

Pergeseran makna bajingan.

Bajingan dari profesi mulia.

 

Jadi kata makian.

 

Berdasar tulisan Multatuli.

 

Dalam buku berjudul:

 Max Havelaar.

 

Terbit tahun 1860.

Kata “bajingan”.

Mulai konotasi negatif.

 

"Nak, jika mereka memberitahumu.

Bahwa aku adalah bajingan.

 

Yang tak berani tuntut keadilan.

Banyak ibu meninggal.

Karena salahku…" tulis Multatuli.

 

Penggalan tulisan itu.

Tanda kata 'bajingan'.

 

Sebagai bentuk umpatan.

Sejak abad 19.

 

Bajingan populer di Jawa.

Tahun 1900 - 1940-an.

 

Jadi kendaraan langka.

Di pelosok Yogyakarta.

 

Warga ikut dalam gerobak.

Ditarik sapi atau kerbau .

 

Untuk keluar kota.

Berdagang, sekolah, atau kerja.

 

Transportasi ini langka.

Juga jalan lambat.

 

Para calon penumpang sambat.

Mengeluh karena lama menunggu.

 

"Bajingan kok suwe tekone".

 (Bajingan kok lama datangnya).

 

Atau "Bajingan gaweane suwe!"

(Bajingan lambat kerjanya/jalannya).

 

Keluhan sering dilontarkan.

Diduga kata 'bajingan'.

Alami pergeseran makna.

 

Pada awalnya.

Bajingan profesi mulia.

Berubah jadi umpatan.

 

(Sumber Kompas)

 

0 comments:

Post a Comment