Sunday, August 13, 2023

19747. RAKYAT KELAPARAN DI PAPUA RINDU MODEL PAK HARTO

 

 


RAKYAT KELAPARAN DI PAPUA RINDU MODEL PAK HARTO

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

Wabah kelaparan.

Terjadi di Provinsi Papua Tengah.

Jadi sorotan publik.

 

 Apalagi Menteri.

 Sempat membantahnya.

 

Tapi sepintarnya bangkai ditutupi.

Baunya tercium juga.

 

Kabar wabah kelaparan.

Di Papua Tengah.

 

Menyeruak ke permukaan.

Membuat heboh publik.

 

Pengamat pertanian .

 Universitas Papua.

Dr Mulyadi katakan.

 

Langkah pemerintah sudah bagus.

Tapi dia tekankan.

 

Pola pertanian di Papua.

Perlu diperbaiki.

 

Agar bencana kerap terulang ini.

Tak lagi terjadi.

 

Pengamat minta pemerintah.

Melibatkan banyak peneliti .

 

Dari lokal Papua.

Jika ingin transfer teknologi.

 

“Mereka lebih tahu.

Tentang kondisi di Papua.

 

Selama ini.

Banyak peneliti dari luar.

 

Misalnya dari:

1)                IPB.

2)                UGM.

 

Mereka masuk Papua,” kata Mulyadi.

 

Jumat (11/08/2023).

 

Pada Agustus 2022.

Ratusan warga.

 

Di pegunungan Kabupaten Lanny Jaya.

Menderita kelaparan.

 

Dan 3 orang meninggal dunia.

 

Penyebabnya sama.

Yaitu gagal panen.

Akibat cuaca dingin.

Saat musim kekeringan.

 

Pemerintah membangun.

 

Gudang stok pangan.

Memperpanjang landasan pacu.

 Bandara Sinak .

 

Agar pesawat badan besar.

Bawa logistic.

Bisa mendarat.

 

Di bandara terdekat.

Dari lokasi bencana.

 

Pemerintah juga.

Akan bangun infrastruktur jalan.

 

Dari Jayapura-Wamena.

Hingga ke Sinak.

Untuk memudahkan akses.

 

Saat ini.

Bandara bisa diakses pesawat besar.

 

Terdekat dengan Agandugume dan Sinak.

Yaitu Bandara Timika.

 

Muhadjir katakan.

Untuk 1 kali terbang.

 

Dari Timika ke 2 distrik.

Telan biaya Rp 35 juta.

 

Pengamat katakan.

 Rakyat Papua.

 

Butuh pendamping.

Garap lahan pertanian.

 

Rakyat Papua.

Punya kearifan local.

Soal pertanian.

 

Cara buat stok.

Untuk konsumsi 1 tahun.


Dr Mulyadi jelaskan.

Ketika mereka panen.

 

Umbi-umbian yang dihasilkan.

Tak dipanen semuanya.

Dalam 1 waktu.

 

“Mereka panen 1 pohon.

Bagian 1 sisi.

Untuk kebutuhan hari itu.

 

Setelah digali.

Dan cabut umbinya.

Mereka timbun kembali.

 

Agar umbinya tumbuh lagi.

 Besok butuh lagi.

Mereka gali sebelah lagi,” ujar dia.

 

Pola seperti itu.

Maka 1 pohon.

Untuk konsumsi 1 minggu.

 

Tapi perubahan cuaca.

Pola mereka.

Tak selalu berhasil.

 

Cuaca ekstrem.

Diduga jadi penyebab.

Mereka gagal panen.

 

Dr Mulyadi.

Dosen pertanian Universitas Papua.

Sarankan pemerintah.

 

Kembali pada:

1)        Pertanian pola lama yang familier.

2)        Membagi ilmu dan teknologi tepat guna.

 

Agar meningkatkan produksi.

Untuk:

 

1)        Konsumsi sendiri.

2)        Diperdagangkan.

 

Saya usulkan.

Kembali pola pertanian.

Zaman Presiden Soeharto.

 

Yaitu ada :

1)        Tenaga penyuluh.

2)        Litbang pertanian.

 

Hal itu lebih baik.

Saat terjadi gagal panen.

 

Karena tak ada tenaga penyuluh.

Saat tanaman terserang hama.

 

Mereka bingung.

Kepada siapa akan bertanya.

 

Dan bagimana cara hadapi.

Iklim yang ekstrem.

 

Mereka bingung.

Tanya kepada siapa.

 

Ketika ada serangan hama.

 

Bagaimana hadapi iklim ekstrem,” tegas Dr Mulyadi.

 

(Sumber tribun)

0 comments:

Post a Comment