Thursday, April 6, 2023

17405. ARTI ALQURAN DARI ALLAH ATAU AHLI TAFSIR

 



ARTI ALQURAN DARI ALLAH ATAU AHLI TAFSIR

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

Al-Quran bersifat ketuhanan.

Tapi pakai bahasa manusia.

 

 

Al-Quran terdiri atas:

1)        Huruf Hijaiah.

2)        Tata bahasa Arab.

 

Memuat banyak makna.

Dari mana datangnya.

Makna Al-Quran?

 

 

Ketua PP Muhammadiyah.

 Syamsul Anwar.

 

Dalam hal ini.

Ada 2 mazhab.

 

Makna Al-Quran datang dari:

1)        Allah.

2)        Para ahli tafsir.

 

 

Al-Quran.

Yaitu wahyu dari Allah.

Diterima Nabi Muhammad.

 

 

Makna Al-Quran.

Datang dari para ahli tafsir.

 

Meurut hermeneutika modern.

Teks yang sudah selesai.

 

Disusun pengarangnya.

Jadi milik pembaca (penafsir).

 

Dari 2 dilema.

Dilakukan kompromi.

 

Dalam konsep usul fikih.

Ada tingkatan makna.

 

Yaitu:

1)        Teks jelas.

2)        Teks tak jelas.

 

Ungkapan Al-Quran.

Yang mudah dipahami.

Berarti maknanya dari Allah.

 

Tapi ungkapan Al-Quran.

Yang sulit dipahami.

 

Peluang para penafsir.

Untuk memberi makna.

 

Ayat Mutasyabihat.

Hanya Allah yang tahu.

 

Misalnya.

 Ungkapan: Alif, Lam, Ra.

 

Beberapa penafsir.

Memberi makna ayat itu.

 

Hal itu.

Disebut makna Al-Quran.

Milik penafsir,” ucap Syamsul.

 

Pengajian Ramadan 1444 H.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

 Selasa (04/04/2023).

 

Ada 4 tingkat teks jelas.

Yaitu:

 

1)        Muhkam.

2)        Mufassar.

 

3)        Nash.

4)        Zahir.

 

 

Teks Muhkam.

Yaitu teks jelas maksudnya.

Tak perlu nasakh dan takwil.

 

 

Misalnya.

 

Al-Quran surah Al-Ikhlas (surah ke-112)  ayat ayat 1-4.

Tentang Keesaan Allah.

 


قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

 

Katakan: "Dia Allah, Yang Maha Esa.

اللَّهُ الصَّمَدُ

 

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

 

Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan.

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

 

Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".

 

 

Teks Mufassar.

 

Yaitu teks jelas dan terperinci.

 Tak bisa ditakwil.

Tapi mungkin ada nasikh.

 

Takwil.

Yaitu maknanya berbeda.

Dengan arti harfiah.

 

Nasikh

Yaitu dihapus.

 

Mansukh.

Yaitu menghapus.

 

Contoh.

Ayat AlQuran hadis Nabi.

Yang sebutkan perincian.

 

Seperti:

Jumlahnya: 1, 2, 100.

Dan lainnya.

 

Teks Nash.

Yaitu teks menunjuk makna primer.

Tapi mungkin bisa ditakwil.

 

Teks Zahir.

Yaitu teks menunjuk  makna sekunder.

 

Misalnya.

Hadis Nabi.

 

Soal larangan bicara.

Bagi jemaah salat Jumat.

 

Saat khatib berkhotbah.

 

Makna sekunder.

Yaitu anjuran khatib jadi imam.

 

Ada 4 tingkat teks tak jelas.

Yaitu:

1)        Khafi.

2)        Musykil.

 

3)        Mujmal.

4)        Mutasyabihat.

 

Khafi.

Yaitu teks tak jelas maknanya.

 

Karena ada dalil atau petunjuk dari luar.

Bukan karena faktor shighat lafaz itu.

 

Misalnya.

Ungkapan “pencuri”.

QS. Al Maidah ayat 38.

Apakah berlaku juga untuk “pencopet”.

 

Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5)  ayat ayat 38.

 

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

 

Pria yang mencuri dan wanita yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

 

Musykil.

Yaitu teks tak jelas maknanya.

Sebab redaksi lafaz.

 

Misalnya.

Ungkapan “al-quru”.

 

QS. Al Baqarah ayat 228.

Bisa bermakna “suci” atau “haid”.

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2)  ayat ayat 228.

 

 

وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ ۚ وَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ أَنْ يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِي أَرْحَامِهِنَّ إِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِي ذَٰلِكَ إِنْ أَرَادُوا إِصْلَاحًا ۚ وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

 

Wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) 3 kali “quru”. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suaminya berhak rujuk dalam masa menanti, jika mereka (para suami) menghendaki islah. Dan para wanita punya hak seimbang dengan kewajiban menurut cara makruf. Tapi para suami, punya satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

 

Mujmal.

Yaitu teks umum, samar, dan global.

 

Misalnya.

Perintah taat pada Ulil Amri.

QS. An Nisa ayat 59.

 

 Teks masih samar.

Siapa Ulil Amri.

Para mufassir beda pendapat.

 

Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4)  ayat ayat 59.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

 

Hai orang-orang beriman, taati Allah dan taati Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunah), jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

 

Mutasyahibat.

Yaitu redaksinya tak punya makna lain.

Selain makna itu sendiri.

 

Misalnya.

Huruf-huruf yang terpotong.

Dalam awal ayat dan surat .

 

Seperti:

1)        Thaha.

2)        Nun.

3)        Dan lainnya.

 

Al-Quran surah Taha (surah ke-20)  ayat 1-2.

 


طه

 

Thaahaa.

مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ

 

Kami tidak menurunkan Al-Quran ini kepadamu agar kamu jadi susah.

 

 

Kesimpulan.

 

1)        Teks jelas.

 

Makna diberikan Allah.

 

2)        Teks tak jelas.

 

Hanya Allah yang tahu makna aslinya.

Tapi penafsir boleh memberi makna.

 

(Sumber muhamadiyah)

0 comments:

Post a Comment