Tuesday, July 23, 2024

35322. SEJARAH TURUNNYA AYAT RIBA DI ALQURAN (6)

 


SEJARAH TURUNNYA AYAT RIBA DI ALQURAN (6)

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

TAHAP HARAMNYA RIBA.

 MIRIP MINUMAN KERAS

 

Tahap ke-1.

Sekadar menggambarkan adanya unsur negatif minuman keras.

 

 Unsur negatif riba.

Yaitu Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.

 

Tahap ke-2.

lsyarat haramnya minuman keras.

 

 Isyarat haramnya riba.

 Yaitu An-Nisa (surah ke-4) ayat 161.

 

TAHAP KE-3

Secara jelas dinyatakan haramnya minuman keras.

 

Secara jelas haramnya riba.

 Yaitu Ali Imran (surah ke-3)  ayat 130.

 

 TAHAP KE-4

Haramnya minuman keras secara total dalam berbagai bentuknya.

 

 Haramnya riba secara total.

Yaitu Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 278.

 

PEMBAHASAN ULAMA

 

Para ulama cenderung hanya membahas ayat ke-1 dan terakhir menyangkut riba.

 

 Dan kedua ayat sebagai tahap pertengahan.

 

 Hal ini tidak banyak berpengaruh dalam memahami pengertian riba.

 

Yang diharamkan Al-Quran.

Karena ayat Al-Nisa' (surah ke-4) ayat 161.

 

Berisi kecaman kepada orang Yahudi yang melakukan riba.

 

 Surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 130.

 

 

 

Redaksinya larangan tegas terhadap umat Islam.

 

Agar tidak melakukan riba “adh’afan mudha’afah”.

Yaitu berlipat ganda.

 

 

 

Sebagian ulama berpendapat Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.

 

 Adalah ayat awal yang bicara tentang riba.

 

Tetapi tidak bicara riba yang diharamkan.

 

 Sehingga  disebut riba halal atau mubah.

 

 

Para sahabat ada yang menafsirkan riba dalam ayat itu sebagai “hadiah”.

 

 yang dilakukan orang yang mengharapkan imbalan berlebih.

 

 Sebagian ulama lain menafsirkan perbedaan penulisan dalam mushaf Al-Quran.

 

 

Yaitu kata “riba” pada surat Ar-Rum ditulis tanpa memakai huruf Arab “wau”.

 

Dan dalam surah lainnya memakai huruf Arab “wau”.

 

KATA KUNCI

 

 

 

 Para ulama berpendapat.

Ayat riba bisa dipahami.

 

Lewat 3 kata kunci.

Yaitu:

 

 1.      “Adh’afan mudha’afah”.

 (berlipat ganda).

 

   أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ

 

2.      “Maa baqiya minar ribaa” .

(tinggalkan sisa riba).

 

     مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا

 

 3.      “Falakum ru’usu amwaa likum, laa tazhlimuuna wa laa tuzhlamuun”.

 

 Maka bagimu pokok hartamu.

Kamu tidak menganiaya dan tidak dianiaya.

 

   فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ

 

Dengan memahami kata kunci.

 

Diharapkan dapat ditemukan jawaban tentang riba yang diharamkan Al-Quran.

 

“Apakah hal yang menjadikan kelebihan itu sehingga  hukumnya haram”.

 

 Daftar Pustaka.

1.  Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

2.  Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.  Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.  Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2,

5.  Tafsirq.com online.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment