Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Cendekiawan (menurut KBBI V) dapat diartikan:
1.
Orang cerdik pandai.
2.
Orang intelek.
3.
Orang yang punya sikap hidup terus menerus meningkatkan
kemampuan berpikirnya untuk dapat mengetahui atau memahami sesuatu.
Dalam Al-Quran ditemukan sejumlah ayat yang
memakai kata “ilmu” atau “ulama” dan “ulul albab”.
Kata “ulama” disebutkan dalam Al-Quran 2 kali.
1.
Dalam konteks ajakan memperhatikan fenomena alam
(QS 35:28).
2.
Dalam konteks uraian tentang kebenaran Kitab Suci
ini (QS 26:197).
Al-Quran surah Fathir (surah ke-35) ayat 28.
وَمِنَ
النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ
غَفُورٌ
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang
melata dan binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Al-Quran surah Asy-Syuara (surah ke-26) ayat 197.
أَوَلَمْ
يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka,
bahwa para ulama Bani Israel mengetahuinya?
Cendekiawan
adalah orang yang punya pengetahuan tentang ayat-ayat Allah yang tertulis dalam
Kitab Suci dan atau ayat yang terhampar di alam semesta.
Dalam
Al-Quran kata “ilmu” dalam berbagai bentuknya, yang terulang 854 kali (bersama kata lain yang semakna).
Al-Quran
menekankan keharusan ilmuwan bersikap “khasyah” (takut), “istisldm” (berserah diri
kepada Allah).
Al-infitdh
(keterbukaan) dalamartikesediaanmemberidanmenerimadaridanuntuksiapa pun
tanpamempertimbangkanusiaataulokasi.
Insantyahyaitumengabdikanhasilpengetahuanuntukkemanusiaantanpamembedakansuku,
agama, ras, ataubangsa.
Penjabaran
dari sikap atau sifat ini tampak dalam ungkapan.
Carilah ilmu meskipun ke negeri
Cina, karena mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim.
اُطْلُبُوْاالْعِلْمَوَلَوْبِالصِّيْنِ،فَإِنَّطَلَبَالْعِلْمِفَرِيْضَةٌعَلَىكُلِّمُسْلِمٍ
Tuntutlah
ilmu dari buaian hingga ke liang lahad.
اُطْلُبُواالعِلْمَمِنَالمَهْدِإِلىاللَّحْدِ
Ilmu tanpa pengamalan,bagaikan pohon tanpa buah.
الْعِلْمُبِلَاعَمَلٍكَالشَّجَرِبِلَاثَمَرٍ
Al-Quran surah Fathir (surah ke-35) ayat 32.
ثُمَّ أَوْرَثْنَا
ٱلْكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ
وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِٱلْخَيْرَٰتِ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ
هُوَ ٱلْفَضْلُ ٱلْكَبِيرُ
Kemudian
Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar.
Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 213.
كَانَ
النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ
وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ
النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ
أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ
يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Manusia itu
adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para
nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab
yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang
yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka
Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal
yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
Dalam
Al-Quran istilah “ulul albab” terulang 16
kali dengan 3 ciri utama.
1.
Berzikir.
2.
Memikirkan dan mengamati fenomena alam.
3.
Berkreasi.
Tugas utama para cendekiawan.
1.
Mempelajari Kitab Suci dalam rangka memahami,
menyebarluaskan, dan menerapkan nilainya dalam masyarakat yang beragam kebutuhan
dan problemnya.
2.
Mengamati ayat-ayat Allah di seluruh alam semesta,
termasuk dalam diri manusia secara perorangan dan kelompok, serta mengamati fenomena
alam kemudian berkreasi.
3.
Merumuskan dan mengarahkan tujuan hidup manusia
dan memberi contoh teladan dalam pelaksanaan dan sosialisasinya.
Daftar Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. LenteraHati.
KisahdanHikmahKehidupan. PenerbitMizan, 1994.
2.
Shihab, M. QuraishShihab. Wawasan Al-Quran.
TafsirMaudhuiatasPerbagaiPersoalanUmat. PenerbitMizan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an
Ver 3.2
5.
Tafsirq.com online

0 comments:
Post a Comment