Sunday, October 18, 2020

5856. NABI KIRIM SURAT KE RAJA ROMAWI

 

NABI KIRIM SURAT


KE RAJA ROMAWI

Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Rasulullah menyuruh Zaid bin Tsabit belajar bahasa asing.

 

Rasulullah bersabda kepada Zaid bin Tsabit, "Aku akan berkirim surat kepada seseorang. Aku khawatir, mereka akan menambah atau menguranginya, maka kamu harus belajar bahasa asing.”

 

Zaid bin Tsabit sangat cerdas dan cepat menguasai bahasa asing.

 

Zaid bin Tsabit mahir bahasa Suryani dalam 17 hari dan mahir berbahasa Ibrani dalam 15 hari.

 

Rasulullah berkirim surat kepada para raja.

 

Tahun ke-6 Hijriah, Rasulullah (59 tahun) mengirim surat kepada para rajauntuk mengajak merekamasuk lslam.

1) Raja Najasyi di Habasyah.

2) Raja Muqauqis di Mesir.

 

3) Raja Kisra di Persia.

4) Raja Qaishar di Romawi.

 

5) Al-Mundzir bin Sawa, pemimpin Bahrain. 

6) Haudzah bin Ali Hanafy, pemimpin Yamamah. 

 

7) Al-Haris bin Abu Syamr, pemimpin Damaskus.

8) Jaifar, Raja Oman.

 

Stempel perak Rasulullah

 

Rasulullah memakai stempel cincin terbuat dari perak.

Tulisan stempel berbahasa Arab.

 

Cincin dipasang di jari kelingking kanan Rasulullah.

Tulisan dibaca dari kiri ke kanan dan disusun dari bawah ke atas.

 

Stempel cincin Rasulullah bertulisan, ”Muhammad Rasul Allah”.

 

Tulisan disusun dalam 3 baris.

 

Baris bawah:“Muhammad”, baris tengah:“Rasul”, dan baris atas: “Allah“.

 

Surat Rasulullah.

 

Rasulullah mengirim surat kepada Raja Heraklius di Romawi.

 

Romawi sangat amat jauh dari Arab Saudi.

 

Romawi jaraknya lebih dari 2.000 km di barat laut Madinah, Arab Saudi.

 

 

Isi surat Rasulullah.

 

Bismillahir-rahmanir-rahim.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

 

Dari Muhammad bin Abdullah.

Kepada Heraklius Pemimpin Romawi.

 

Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk.

Masuklah Islam, niscaya Allah akan melimpahkan pahala kepada Tuan Raja sebanyak 2 kali lipat.

 

Tapi, jika Tuan Raja berpaling, maka Tuan Raja akan menanggung  dosa rakyat Asiriyin.

Rasulullah mengutip Al-Qquran surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 64.

 

 

قُلْ يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ تَعَالَوْا۟ إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَآءٍۭ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِۦ شَيْـًٔا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُولُوا۟ ٱشْهَدُوا۟ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

    Katakan, “Wahai ahli Kitab, mari berpegang kepada suatu kalimat ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian. Bahwa tidak kita sembah kecuali Allah. Tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun. Tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakan kepada mereka,"Saksikan, kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah."

 

 

Petugas yang mengirim surat.

 

Petugas yang mengirim surat Rasulullah adalah Dihyah bin Khalifah.

Pada saat bersamaan kafilah pedagang Quraisy Mekah berada di Syam.

 

Abu Sufyan, pemimpin kafilah menceritakan kisahnya dipanggil Raja Heraklius.

Abu Sufyan dan rombongannyadipanggil oleh Raja Heraklius di Palestina.

 

Abu Sufyan dipanggil dalam pertemuan pejabat Romawi.

Raja Heraklius memakai penerjemah bahasa.

 

Raja Heraklius bertanya, “Siapa di antara kalian, saudara dekat dengan orang yang mengaku nabi?”

Abu Sufyan menjawab, “Saya, Tuan Raja”.

 

Mendekatlah kemari,”Perintah Raja Heraklius. 

Raja Heraklius bertanya, “Bagaimana garis keturunannya di tengah kalian?”

 

 

“Dia orang terpandang di antara kami,” jawab Abu Sufyan.

Raja Heraklius melanjutkan, “Apakah pernah ada orang yang mengaku nabi  sebelumnya?”

 

 

“Tidak ada,” jawab Abu Sufyan.

Raja Heraklius bertanya, “Apakah bapak-bapaknya dahulu, ada yang menjadi raja?”

 

“Tidak ada.”Jawab Abu Sufyan.

“Apakah para pengikutnya, orang terhormat atau orang lemah?” lanjut Raja.

 

Abu Sufyan menjawab, “Para pengikutnya, orang miskin dan lemah.”

Raja Heraklius bertanya,”Apakah jumlah pengikutnya, makin hari makin berkurang atau bertambah?”

 

“Pengikutnya semakin bertambah,” jawab Abu Sufyan.

“Apakah pengikutnya, ada yang keluar karena benci, setelah masuk agama itu?” tanya Raja.

 

“Tidak ada,” jawab Abu Sufyan.

“Apakah dia seorang pembohong?” tanya Raja.

 

Abu Sufyan menjawab, “Tidak”.

Raja bertanya, “Apakah dia pernah berkhianat?”

 

“Tidak pernah,” jawab Abu Sufyan.

Raja Heraklius bertanya,”Apakah kalian pernah memeranginya.”

 

“Ya, kami pernah berperang,” jawab Abu Sufyan.

Raja bertanya, “Bagamana cara kalian memeranginya?”

 

Abu Sufyan menjawab, “Peperangan kami dengan dia bergantian, terkadang dia menang danterkadang kami menang.”

Raja melanjutkan,“Apa yang dia perintahkan kepada kalian?”

 

Abu Sufyan menjawab, “Dia berkata, sembahlah Allah semata.

Jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya.

 

Dia menyuruh kami salat, sedekah, menjaga keselamatan diri, dan menjalin hubungan persaudaraan.“

 

Raja Heraklius berkata, “Jika yang kamu katakan itu benar, maka dia akan menguasai tempat kakiku berpijak saat ini. 

 

Jauh sebelumnya, aku sudah menduga dia akan muncul.

Tetapi, aku  tidak menyangka dia berasal dari kalian.

 

Seandainya, aku bebas bertemu dengannya.

Aku memilih bertemu dengannya.

 

Andaikan aku berada di dekatnya. Aku akan membasuh kedua kakinya.”

 

 

 

Raja Herqaklius membaca surat Rasulullah.

 

Raja Heraklius minta surat Rasulullah dan membacanya.

Setelah itu, terdengar suara gaduh.

 

Rombongan Abu Sufyan dibawa keluar dari ruang pertemuan.

Abu Sufyan berkata, “Sejak saat itu, aku yakin Nabi Muhammad akan menang”. 

 

 

Abu Sufyan masuk lslam.

 

Pada tahun ke-8 Hijriah sebelum penaklukan Mekah tanpa pertumpahan darah, Abu Sufyan memeluk agama Islam.

 

Abu Sufyan masih kerabat Rasulullah.

 

 

Daftar Pustaka

1.  Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.

2.  Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2017.

3.  Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2017

 

 

 

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment