Saturday, October 17, 2020

5845. SEJARAH PERANG PARIT (1)

 


SEJARAH PERANG PARIT (1)

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

     Tahun 627 Masehi, bulan Syawal, tahun ke-5 Hijriah terjadi Perang Khandaq (Perang Parit atau Perang Ahzab).

 

Perang antara pasukan Islam melawan pasukan gabungan Quraisy, Yahudi, dan lainnya di utara Madinah.

 

      Umat Islam di Madinah dikeroyok pasukan koalisi (suku Quraisy, Gathafan, Yahudi Bani Nadhir dan Yahudi Qaynuqa) dibantu suku lainnya mengepung Madinah.  

 

      Madinah ditempati suku Aus, suku Khazraj, Yahudi Bani Qaynuqa, Yahudi Bani Nadhir, dan Yahudi Bani  Quraizhah.

Kelompok Yahudi Bani Qaynuka bersekutu dengan Bani Khazraj,  dan Yahudi Quraizhah bersekutu dengan suku Aus.

 

       Nabi Muhammad telah menandatangani perjanjian Piagam Madinah dengan kelompok Yahudi untuk bersama menjaga Madinah dari musuh luar yang datang dari luar Madinah.

 

      Tetapi kelompok Yahudi Quraizhah melanggar perjanjian yang telah disepakati.

Nabi Muhammad mengusir kelompok Yahudi Bani Quraizhah keluar dari Madinah.

Mereka tinggal di Khaibar, di luar kota Madinah.

 

      Yahudi Bani Nadhir berkhianat kepada Nabi.

Mereka pintar dalam bisnis dan perdagangan sehingga menguasai ekonomi.

Tetapi tidak terlatih berperang mengangkat senjata.

 

      Pasukan Islam menang dalam Perang Badar, sehingga pamor pasukan Islam tinggi.

 

Kelompok Yahudi di Madinah tiarap, tidak berani lamgsung menghadapi umat Islam, tetapi suka mengganggu dan mengadu domba umat Islam yang berasal dari suku Aus dan suku Kharaj.

 

       Pasukan Islam “kalah” dalam Perang Uhud berakhir, sehingga Yahudi Bani Nadhir muai berani menampakkan permusuhan dengan menjalin kesepakatan dengan musuh Islam dan melanggar perjanjian.

 

      Yahudi Bani Nadhir mencoba membunuh Nabi Muhammad dengan menjatuhkan gulngan gandum, tetapi gagal.

 

Nabi mengusir Yahudi Ban Nadhir keluar dari Madinah, mereka pindah ke daerah Khaibar.

 

      Kelompok Yahudi Bani Nadhir dan Yahudi Bani Quraizhah menyimpan dendam kepada Nabi Muhammad.

 

Mereka mencari dukungan untuk melawan umat Islam dengan mendatangi suku Quraisy, suku Gathafan, dan suku lainnya.

 

      Sekitar 10.000 pasukan gabungan bergerak untuk menghancurkan menuju Madinah.

 

Jumlah pasukan muslim sekitar 3.000 orang.

Sungguh kondisi yang sangat mengkhawatirkan.

 

      Nabi Muhamad menyiapkan strategi pertahanan menghadapi pasukan kafir yang berjumlah lebih banyak.

 

      Salman Al-Farisi berasal dari Persia, baru saja memeluk Islam mahir dalam strategi perang.

 

Salman mengusulkan membangun “sistem pertahanan parit” di sepanjang perbatasan utara Madinah untuk menghambat pergerakan musuh.

 

      Salman berkata, ”Wahai Nabi, kebiasaan kami di Persia. Jika kami diserang musuh, kami membuat parit untuk menghalangi serangan mereka.”

 

Nabi menerima usul itu.

 

      Sebelah timur  Madinah terdapat pegunungan yang sulit dilewati kuda dan onta, sebelah barat Madinah berupa pegunungan bebatuan tajam.

 

Sebelah selatan Madinah penuh pohon kurma, sebelah tenggara Madinah terdapat benteng Yahudi suku Quraizhah, dan sebelah utara Madinah berupa lapangan terbuka.

 

      Pasukan musuh gabungan pasti masuk lewat daerah utara Madinah, meskipun mereka berdatangan dari arah selatan Madinah.

 

Sehingga medan peperangan di berada di utara Madinah.

 

      Nabi dan para sahabat berkemah di utara Madinah, di bukit gunung Sala.

 

Kaum muslim mulai menggali parit sedalam 7 meter, selebar, dan sepanjang 10 km untuk memisahkan menghambat pasukan musuh.

 

      Nabi membuat peta penggalian dan membagi kelompok penggalian.

 

Penggalian parit berlangsung 6 hari dikerjakan tanpa berhenti siang dan malam, karena pasukan musuh dalam perjalanan.

 

      Jumlah pasukan kafir lebih banyak dibandingkan jumlah seluruh penduduk Madinah dan mereka bersenjata lebih lengkap siap menghancurkan umat Islam di Madinah.

 

      Waktu itu musim dingin sehingga umat muslim kekurangan makanan.

 

Para sahabat mengganjal perutnya dengan batu, Nabi mengganjal perutnya dengan dua buah batu untuk menahan lapar.

 

      Nabi Bersabda,”Ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang lebih baik adalah kehidupan akhirat. Ampunilah kaum Ansar dan Muhajirin.

 

Mereka menjawab,”Kami telah berbaiat kepada Nabi Muhammad. Kami siap berjihad selama masih hidup.”

 

      Nabi Muhammad ikut terlibat langsung menggali, mengangkat bebatuan, tanah dan bebatuan galian ditaruh di sisi pasukan Nabi.

 

Bongkahan bebatuan diletakkan di depan pasukan Nabi sebagai tameng pelindung dan sebagai senjata untuk melempari pasukan musuh.

 

Daftar Pustaka

1.  Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.

2.  Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.

3.  Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004.

4.  Hatta, Ahmad. Tafsir  Al-Quran Per Kata. Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah. Penerbit Pustaka Maghfirah. Jakarta, 2011.

5.  Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

6.  Tafsirq.com online.     

 

 

0 comments:

Post a Comment